-
Notifications
You must be signed in to change notification settings - Fork 0
/
Copy pathrss.xml
executable file
·47 lines (47 loc) · 22 KB
/
rss.xml
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
<?xml version="1.0" encoding="UTF-8"?>
<rss version="2.0"><channel>
<title>RSS BKSDA Sumatera Selatan</title>
<description>BKSDA Sumatera Selatan (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) </description>
<link>https://balaiksdasumsel.org/</link>
<language>id-id</language><item>
<title>Hari Lingkungan Hidup</title>
<link>http://localhost/web_bksda/berita/detail/hari-lingkungan-hidup</link>
<description></description>
</item><item>
<title>Lomba Fotografi </title>
<link>http://localhost/web_bksda/berita/detail/lomba-fotografi-</link>
<description>Lomba Fotografi Tingkat Provinsi yang diselenggarakan oleh BKSDA Sumsel pada tanggal dan waktu yang ditentukan. Perhatian!! Ini adalah contoh pengumuman.</description>
</item><item>
<title>Mengenal Ramin (Gonystylus spp)</title>
<link>http://localhost/web_bksda/berita/detail/mengenal-ramin-gonystylus-spp</link>
<description>Gonystylus spp yang nama perdagangannya ‘ramin’ termasuk dalam suku Thymelaeaceae yang keberadaannya di alam mulai langka. Upaya penyelamatan jenis ini dengan memasukkannya dalam Appendix II CITES.Di Pulau Sumatera, jenis kayu ramin dijumpai di kawasan sebelah timur mulai dari Riau hingga Sumatera Selatan (Bangka dan Ogan Komering Ilir). Di pulau Kalimantan, kayu jenis ramin bisa dijumpai di wilayah Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan sedikit di Kalimantan Timur.Kayu jenis ramin telah lama dikenal sebagai penghasil produk kayu komersial dan memiliki harga jual yang cukup mahal sehingga digolongkan dalam kategori kayu indah. Penampakan fisik jenis ramin yang bertekstur halus membuat jenis ini cukup digemari di pasar kayu internasional. Harga jual dari produk jadi kayu ramin di pasar internasional saat ini telah mencapai US $ 1.000 per meter kubik. Tingginya harga jual dan besarnya kebutuhan pasar terhadap jenis kayu ini ternyata membuat maraknya kegiatan penebangan di kawasan hutan rawa gambut.Produk yang dihasilkan umumnya berbentuk kayu olahan (sawn timber), produk setengah jadi (moulding, dowels) dan produk jadi (furniture, window blinds, snooker cues). Negara pengimpor jenis kayu ini antara lain Italia, Amerika Serikat, Taiwan, Jepang, China, dan Inggris (Shofiana, 2012).Untuk menunjang upaya konservasi ramin diperlukan kemampuan petugas lapangan serta para praktisi konservasi yang handal dalam hal identifikasi jenis. Pengalaman dalam berbagai survei lapangan menunjukkan bahwa seringkali terjadi salah identifikasi.Hal ini terjadi dikarenakan kemiripan penampakan morfologis antara jenis ramin dengan jenis lainnya dari marga maupun suku yang berbeda.Satu spesies yaitu Gonystylus bancanus sering melimpah sebagai spesies utama penyusun hutan rawa (gambut). Dengan ciri akar lutut, kulit batang cokelat kemerahan, beralur dangkal, retak dan bersisik.Kulit dalam kuning kecoklatan. Sedangkan untuk ciri fisik daun adalah daun jorong, atau bundar telur sungsang, panjang 4 – 14, 5 cm, lebar 2 – 7 cm, pangkal membaji hingga membundar, ujung membundar dan melancip-berekor pendek, tebal, tepi bergelombang dan agak membalik ke belakang, gundul, tulang primer beralur dalam di permukaan atas. Pertulangan daun rapat, tidak tampak jelas. Tangkai daun panjang 0,8 – 1,8 cm.Teknik sederhana untuk mengenali jenis Ramin di lapangan dapat dilihat dari ciri fisiknya, seperti :1). Tekstur kulit berwarna coklat dengan beralur dangkal.2). Daun, untuk di lapangan hal ini sangat sulit karena daun akan berada di tempat yang tinggi dan bila melihat atau mencari daun yang jatuh kemungkinan akan susah karena bercampur dengan daun dari tumbuhan lainnya.3). Adanya akar yang keluar dari tanah berbentuk huruf U terbalik atau sering disebut akar lutut oleh warga lokal setempat.M. Dedi Susanto</description>
</item><item>
<title>Menguak Keindahan Alam TWA Gunung Permisan</title>
<link>http://localhost/web_bksda/berita/detail/menguak-keindahan-alam-twa-gunung-permisan</link>
<description>Bangka, Agustus 2018 . Bagi pecinta wisata petualangan, menjelajahi hutan sambil mengamati ekosistem yang ada di dalamnya tentu menjadi aktivitas yang menyenangkan. Indonesia sebagai salah satu negara dengan kawasan hutan yang sangat luas dan menjadi habitat dari berbagai flora dan fauna langka, kerap menjadi salah satu tujuan wisata petualangan yang. Tak terkecuali hutan Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Permisan yang ada di Bangka Selatan.Kawasan TWA Gunung Permisan memiliki 5 (lima) bukit yaitu Bukit Nenek, Bukit Nangka, Bukit Meninjen Tua, Bukit Meninjen Muda, Bukit Jering. Selain itu terdapat gua sebagai tempat wisata religi oleh beberapa masyarakat sekitar. Potensi jasa lingkungan berupa jasa lingkungan air yaitu terdapat beberapa anak sungai di dalam kawasan. Potensi wisata yang dapat dikembangkan kawasan ini yaitu wisata gua di puncak Bukit Nenek yang sering dikunjungi masyarakat sekitar.Tracking untuk mencapai Puncak Bukit Nenek cukup terjal dengan berjalan kaki ± 1 Jam. Disekeliling track pendakian ditumbuhi berbagai jenis pohon seperti nyatoh (Palaquium spp.), jelutung (Dyera sp.), medang (Cinnamomum spp.), melanding, embacang (Mangifera foetida) dan pelawan (Tristaniopsis merguensis) yang membuat udara sangat segar. Pengunjung yang melakukan tracking pada pagi hari akan menemui kabut dingin nan sejuk di dalam kawasan TWA Gunung Permisan. Selain itu masih banyak dijumpai fauna seperti ekor panjang (Macaca fascicularis), lutung (Trachypithecus sp.), tarsius (Tarsius bancanus), beruk (Macaca nemestrina) dan berbagai jenis burung yang akan menemani perjalanan pengunjung menuju puncak Bukit Nenek. Sesampainya di puncak Bukit Nenek, Pengunjung akan disuguhi pemandangan alam yang sangat indah. Hamparan Hutan di depan puncak Bukit Nenek sangat hijau dan udara yang sangat segar.Menjelajahi Hutan Taman Wisata Alam Gunung Permisan khususnya di puncak Bukit nenek memang menjadi aktivitas yang menyenangkan. Hutan Indonesia yang kaya, menjadi habitat yang teduh bagi beranekaragam binatang langka. Tidak heran jika para peneliti dan pecinta wisata petualangan, baik dari dalam maupun luar negeri, berbondong-bondong ingin menjamah dan mengagumi hutan Indonesia. Sudah selayaknya masyarakat Indonesia menjadikan hutan sebagai bagian penting dalam kehidupan, dengan selalu menjaganya dan melestarikannya agar tidak rusak.</description>
</item><item>
<title>Upaya Penyelamatan Paus Terdampar Di Perairan Dangkal Selat Bangka</title>
<link>http://localhost/web_bksda/berita/detail/upaya-penyelamatan-paus-terdampar-di-perairan-dangkal-selat-bangka</link>
<description>Ogan Komering Ilir, 27 Januari 2021 – Petugas Seksi Konservasi Wilayah III Balai KSDA Sumatera Selatan bersama dengan Pemerintah Kecamatan Tulung Selapan Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) telah melakukan upaya penyelamatan satwa jenis Paus Sei (Balaenoptera borealis) yang terdampar di perairan laut dangkal Selat Bangka Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan sejak tanggal 24 Januari 2021. Informasi adanya Paus terdampar diperoleh dari masyarakat Desa Simpang Tiga Jaya Kecamatan Tulung Selapan Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan.Paus Sei berukuran ± 10 meter dengan berat sekitar 2 ton ditemukan dengan luka sobek dipunggung, berwarna hitam keputihan. Setelah berkoordinasi dengan Camat Tulung Selapan dan berkonsultasi dengan drh. Langgeng, dosen Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Sriwijaya penyebab terdamparnya Paus tersebut diduga karena sakit dan terpisah dari kelompoknya ketika melintas di lautan Selat Bangka.Berdasarkan pemantauan yang dilakukan petugas dan masyarakat setempat, setelah digiring kembali ke perairan pada hari Senin (25/01), Paus tersebut diketahui sudah mengarah ke laut. Namun, pada hari Selasa (26/01), Paus tersebut kembali mengarah ke pantai. Menurut keterangan drh. Langgeng, upaya pertama yang dapat dilakukan jika Paus tersebut kembali yaitu minimal mengusahakan ada air yang menggenangi Paus tersebut. Kondisi luka tersebut akan rentan infeksi, sehingga perlu mencegah myiasis bertelur. Penanganan selanjutnya dapat dilakukan dengan cara membersihkan luka tersebut, bisa menggunakan revanol dan betadine untuk mengantisipasi timbulnya infeksi.Sampai dengan hari Rabu (27/01), Paus sudah lepas ke laut menjauhi daratan. Petugas BKSDA Sumsel bersama dengan unsur kecamatan Tulung Selapan dan desa Simpang Tiga Jaya masih melakukan pemantauan untuk memastikan Paus tersebut sudah benar-benar kembali ke habitat liarnya.Direktur Jenderal KSDAE Wiratno yang diwakili Kepala Balai KSDA Sumsel menegaskan bahwa “Petugas kami akan tetap memantau, untuk memastikan Paus tersebut telah kembali ke laut dan tidak kembali ke daratan. Apresiasi setinggi-tingginya kami sampaikan kepadasemua pihak yang telah berinisiatif dan tetap membangun suasana kondusif di TKP”.Paus Sei (Balaenoptera borealis) termasuk dalam daftar satwa dilindungi sesuai dengan Peraturan Menteri LHK Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 serta termasuk dalam Apendiks I CITES.ig : @bksdasumselfb : Bksda Sumatera Selatantwitter : @bksdasumselserta dimuat di http://ksdae.menlhk.go.id/berita/9153/upaya-penyelamatan-paus-terdampar-di-perairan-dangkal-selat-bangka.html</description>
</item><item>
<title>Menilik Keindahan Anggrek Endemis Sumatra</title>
<link>http://localhost/web_bksda/berita/detail/menilik-keindahan-anggrek-endemis-sumatra</link>
<description>Sumatra merupakan salah satu hotspot jenis anggrek dunia, memiliki lebih dari 1100 jenis dan banyak diantaranya merupakan jenis anggrek endemis yang tumbuh dari dataran tinggi pegunungan dengan iklim dingin hingga dataran rendah dekat dengan pantai dengan iklim panas.#sobatksda, kali ini kita akan mengeksplorasi dua jenis anggrek ikonis Sumatra Selatan, yaitu Paphiopedilum superbiens dan Vanda foetida. Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Selatan (BKSDA Sumsel) telah mengupayakan pencegahan kepunahan lokal melalui kegiatan PENYELAMATAN dan RILIS. BKSDA Sumsel bersama dengan masyarakat sekitar kawasan konservasi dan mitra kerjasama telah melakukan penyelamatan flora anggrek dan berhasil mengidentifikasi sebanyak 249 jenis dari 68 genus.Paphiopedilum superbiensMerupakan salah satu jenis anggrek langka endemis Sumatra yang dapat dijumpai di lanskap Provinsi Sumatra Selatan. Jenis ini memiliki keunikan bentuk bunga yang menyerupai sepatu atau kasut sehingga memiliki julukan anggrek kasut. Jenis ini juga memiliki keunikan pada daunnya yang bercorak seperti papan catur. Saat ini, anggrek Paphiopedilum superbiens termasuk dalam daftar status terancam (endangered) IUCN Redlist yang berarti anggrek ini sedang menghadapi resiko tinggi kepunahan di alam liar. Tidak hanya berstatus terancam bahkan anggrek ini berstatus Appendiks I CITES yang berarti anggrek jenis ini tidak bisa diperjual belikan secara bebas baik nasional maupun internasional kecuali dengan izin resmi dari pihak berwenang.Vanda foetidaMerupakan jenis anggrek endemis dan hanya dijumpai di lanskap dataran tinggi Provinsi Sumatra Selatan. Jenis ini merupakan jenis anggrek vanda tercantik karena memiliki warna yang berbeda dari jenis vanda lainya yang berwarna coklat. Vanda foetida memiliki warna dasar putih dengan semburat warna merah muda dengan kelopak bunga membulat serta memiliki bau spesifik seperti sulfur. Jenis ini menyukai habitat yang dingin dengan sirkulasi udara baik serta menyukai matahari langsung.PENYELAMATAN merupakan solusi, menitikberatkan pada semua jenis flora, khususnya anggrek, pada area yang terdegradasi maupun area yang diprediksi akan hilang baik di dalam maupun di luar kawasan konservasi. Hal ini merupakan tindakan krusial yang wajib dilakukan karena kita tidak dapat memprediksi kapan kawasan tersebut akan beralih fungsi.RILIS merupakan tujuan akhir dari kegiatan penyelamatan yang dilakukan. Sebelum rilis, kita harus menentukan kandidat jenis yang akan dirilis, survei lokasi rilis dan monitoring flora pasca dirilis. Rilis dimaksudkan agar anggrek dapat berkembang biak secara alami di habitat yang baru guna menstabilkan populasi jenis anggrek di alam.Sampai dengan saat ini, jenis anggrek yang telah berhasil dirilis adalah jenis Vanda foetida di Kawasan Suaka Margasatwa Isau-Isau. BKSDA Sumsel bekerjasama dengan masyarakat sekitar kawasan melakukan kegiatan pra rilis, yang sangat krusial adalah pemilihan lokasi rilis yang harus menyerupai lokasi anggrek tumbuh sebelumnya agar dapat meningkatkan tingkat keberhasilan anggrek untuk bertahan hidup.</description>
</item><item>
<title>Sosialisasi Kemitraan Konservasi, Petugas RKW III SM Bentayan Anjang Sana ke Rumah Penduduk</title>
<link>http://localhost/web_bksda/berita/detail/sosialisasi-kemitraan-konservasi-petugas-rkw-iii-sm-bentayan-anjang-sana-ke-rumah-penduduk</link>
<description>Petugas Balai KSDA Sumatera Selatan melalui Resor Konservasi Wilayah III SM Bentayan melakukan anjangsana sekaligus sosialisasi kemitraan konservasi kepada masyarakat yang beraktivitas di dalam kawasan Suaka Margasatwa Bentayan, pada Selasa (9/3).Pada kesempatan tersebut, Anjas Tuberlani yang juga Kepala Resor menyampaikan bahwa pola kemitraan ini bertujuan untuk memulihkan ekosistem kawasan konservasi dengan melibatkan masyarakat sebagai subyek. Untuk itu, petugas Resor akan melakukan pendampingan dan memfasilitasi proses kemitraan konservasi.Merespon hal tersebut, maka sampai dengan saat ini sejumlah masyarakat mulai aktif mengikutsertakan diri dalam pendataan awal untuk berpartisipasi dalam kegiatan pemulihan ekosistem kawasan SM Bentayan.Sumber : Yusmono, S.Hut., M.Si. – Kepala SKW I Sekayu</description>
</item><item>
<title>Sepakat Pelestarian Gajah Sumatera, BKSDA SUmsel Apresiasi Bupati Popo Ali</title>
<link>http://localhost/web_bksda/berita/detail/sepakat-pelestarian-gajah-sumatera-bksda-sumsel-apresiasi-bupati-popo-ali</link>
<description>BKSDASUMSEL.ORG – Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Selatan (BKSDA Sumsel) bersama dengan Universitas Muhammadiyah Palembang melalui program Tropical Forest Conservation Act Sumatera (TFCA-Sumatera) menginisiasi sinergi penanggulangan konflik antara manusia dengan gajah liar di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan (OKUS). Inisiasi ini mendapat respon baik dari Bupati OKUS, Popo Ali Martopo melalui pertemuan yang digelar pada Rabu (17/3) di Ruang Rapat Terbatas Kantor Bupati OKUS. Pertemuan ini dipimpin langsung oleh Bupati dan Wakil Bupati OKUS dengan dihadiri unsur pemerintahan Kabupaten OKUS terkait, KPH Wilayah VII Mekakau Saka, Koramil, dan Polsek serta 5 Kecamatan dan 18 Desa lingkup Kabupaten OKUS yang wilayahnya berada di sekitar kantong habitat gajah liar yang rawan konflik. Pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan para pihak mengenai pentingnya upaya penyelamatan dan pelestarian Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus), yang akan ditindaklanjuti dengan pembentukan Satuan Tugas (Satgas) Penanggulangan Konflik antara Manusia dengan Satwa Liar dan penyusunan rencana aksi.Dalam pertemuan yang digelar tersebut, Popo Ali menyampaikan bahwa pemerintahan Kabupaten OKUS memberikan dukungan terhadap kesepakatan yang dihasilkan dan siap memfasilitasi kebutuhan Satgas. Kesepakatan tersebut menjadi momentum penguatan komitmen para pihak dalam melestarikan Gajah sumatera, yang berarti juga menyelamatkan fungsi ekologis habitatnya, salah satunya Suaka Margasatwa Gunung Raya. Masing-masing pihak tentunya tidak dapat bekerja sendiri, sehingga kerjasama multipihak harus diinisiasi agar terbangun kesadaran bersama yang berlanjut dengan aksi bersama di dalam pelestarian Gajah Sumatera, khususnya di wilayah Kabupaten OKUS.Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan satwa endemik Sumatera yang masuk dalam daftar satwa dilindungi melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 dan daftar merah IUCN (International Union for Conservation of Nature) sebagai satwa terancam punah (critically endangered) serta daftar Appendix I CITES (Convertion on International Trade In Endangered Species of Wild Fauna and Flora).Secara umum, masyarakat OKUS menyadari pentingnya peran dan keberadaan Gajah sumatera sebagai satwa dilindungi. Namun demikian, pelbagai peristiwa yang terjadi beberapa waktu ke belakang, seperti yang telah terjadi 3 Kecamatan yaitu Buana Pemaca, Buay Pemaca, dan Mekakau Ilir, bahwa kemunculan gajah di beberapa titik rawan aktivitas masyarakat perlu mendapat perhatian untuk ditangani segera.Kepala BKSDA Sumsel, Ujang Wisnu Barata, mengapresiasi langkah Bupati OKUS yang telah memberikan fasilitasi dan dukungan dalam membangun “gentlement’s agreement”, sebagai landasan awal bagi semua pihak terkait untuk mengaktualisasikan komitmen dalam mewujudkan harmonisasi antara konservasi keanekaragaman hayati dengan kesejahteraan masyarakat.*Julita Pitria – Balai KSDA Sumatera Selatan</description>
</item><item>
<title>SEMARAK HARI BAKTI RIMBAWAN KE-38, BKSDA SUMSEL LAKUKAN PENANAMAN DAN PENYULUHAN</title>
<link>http://localhost/web_bksda/berita/detail/semarak-hari-bakti-rimbawan-ke38-bksda-sumsel-lakukan-penanaman-dan-penyuluhan</link>
<description>Hai #sobatksda, bulan Maret ini kita memiliki hari peringatan besar bagi Rimbawan di seluruh penjuru tanah air, yaitu Hari Bakti Rimbawan.16 Maret 2021, merupakan peringatan ke-38, yang artinya 38 tahun sudah kita melaksanakan selebrasi sebagai wujud syukur, bakti terhadap alam dan negara.Dalam sebuah pesan Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Wiratno, yang disampaikan melalui Amanat Kepala Balai pada Apel Peringatan Hari Bakti Rimbawan ke-38 lingkup Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Selatan (BKSDA Sumsel), “Konservasi adalah jalan hidup yang dipilihkan Tuhan. Jadi kita hanya wajib melaksanakannya dengan sebaiknya-baiknya. Dengan kerja tuntas, kerja ikhlas, dan kerja keras”Pada peringatan tahun ini, yang juga merupakan rangkaian Road to Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) 2021, dimana lokasi puncak kegiatan peringatan HKAN tahun 2021 adalah di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, tepatnya di area Taman Wisata Alam Laut (TWAL) Teluk Kupang dan Pantai Lasiana. Kedua calon lokasi tersebut letaknya merupakan satu hamparan yang saling berhubungan. Dalam kegiatan tersebut, BKSDA Sumsel melaksanakan 2 kegiatan, yaitu penanaman pohon dan penyuluhan pengelolaan sampah rumah tangga.Kegiatan dilaksanakan di Taman Wisata Alam (TWA) Punti Kayu Palembang dan sekitarnya, pada Sabtu (20/3) dengan melibatkan seluruh staf Balai KSDA Sumsel yang berdomisili di Palembang dan perwakilan Dharma Wanita Persatuan BKSDA Sumsel, serta Pemegang Ijin Pengusahaan Pariwisata Alam PT Indosuma Putra Citra. Dalam prosesnya, seluruh kegiatan dapat berjalan dengan baik dan menaati anjuran protokol kesehatan.PENANAMAN POHONKegiatan penanaman pohon dilaksanakan di Blok Pemanfaatan TWA Punti Kayu dengan jumlah bibit sebanyak 150 batang. Jenis yang ditanam terdiri atas tanaman kayu-kayuan dan buah-buahan seperti Ketapang (Terminalia catappa), Mahoni (Swietenia sp.), Sengon (Paraserianthes falcataria), Jelutung (Dyera costulata), Salam (Syzigium polyanthum), dan Nangka (Artocharpus heterophyllus).PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGAKegiatan penyuluhan dilaksanakan di Kelurahan Srijaya dengan peserta para ibu rumah tangga wilayah setempat yang dikoordinir Dharma Wanita Persatuan BKSDA Sumsel. Ketua Dharma Wanita BKSDA Sumsel menyampaikan apresiasi atas semangat dan partisipasi aktif peserta penyuluhan serta mendorong upaya sinergi pengelolaan sampah rumah tangga agar meningkatkan nilai manfaatnya. Selanjutnya, dalam rangka optimalisasi pengelolaan sampah rumah tangga, BKSDA Sumsel turut menyampaikan dukungan melalui penyediaan tong sampah yang diserahkan langsung oleh Ketua Dharma Wanita Persatuan BKSDA Sumsel.Salam konservasi! Huu Haa Huu Haa Huu Haa</description>
</item><item>
<title>Virtual Journey, Siswa SAI Palembang Belajar Konservasi Gajah Sumatera di SM Padang Sugihan</title>
<link>http://localhost/web_bksda/berita/detail/virtual-journey-siswa-sai-palembang-belajar-konservasi-gajah-sumatera-di-sm-padang-sugihan</link>
<description>BKSDASUMSEL.ORG – Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Selatan melalui Resort Konservasi Wilayah XV Pusat Latihan Gajah (RKW XV PLG) Padang Sugihan menerima kunjungan edukasi sejumlah Guru Sekolah Alam Indonesia (SAI) Palembang. Kunjungan tersebut berlangsung selama 3 hari, mulai 16 sampai dengan 18 Maret 2021 bertempat di RKW XV PLG Padang Sugihan dan sekitarnya.Kegiatan yang diberi judul “Virtual Journey : Ekspedisi Suaka Margasatwa Padang Sugihan”, dimaksudkan sebagai sarana pembelajaran virtual bagi siswa/i kelas 4 sampai dengan 6, dengan materi antara lain klasifikasi makhluk hidup, pengenalan ekosistem gambut, dan konservasi gajah sumatera.Guru SAI Palembang menayangkan siaran langsung tentang habitat dan perilaku aktivitas harian gajah binaan serta diskusi dan tanya jawab antara petugas resor yang diwakili polisi kehutanan, paramedis, dan mahout dengan siswa/i SAI Palembang. Kemudian, dilanjutkan dengan keikutsertaan guru melakukan penanaman pohon jenis sungkai (Peronema canescens), bintaro (Cerbera manghas), dan belangiran (Shorea sp) di PLG Padang Sugihan.Selain itu, siswa/i juga berinisiatif mengumpulkan donasi bersama dalam bentuk bantuan nutrisi pakan gajah binaan berupa buah-buahan dan bantuan sembako untuk masyarakat desa sekitar di desa Sidomulyo yang dititipkan melalui para guru tersebut.Terima kasih adik-adik SAI Palembang yang telah bersemangat mengikuti “Virtual Journey”. Semoga masa pandemi COVID-19 dapat segera berakhir, dan adik-adik dapat bercengkerama langsung ke Pusat Latihan Gajah Padang Sugihan, ya!*Dwi Wiprabowo – Balai KSDA Sumatera Selatan</description>
</item></channel>
</rss>